Pengertian Reog, Reog Ponorogo dan Jathilan.
Kadang
kebanyakan orang menjadi bingung, ketika mendengar atau melihat kesenian ini,
kadang kalau ada pertunjukan pentas reog ada yang mengatakan jatilan ataupun sebaliknya,
ketika ada penrtas Jathilan ada yang menyebut Reog.
Sebenarnya
tidak begitu prinsip, toh semua tujuannya untuk hiburan dan realitasnya memang
dapat menghibur penonton dari semua kalangan, anak-anak, remaja, dewasa hingga
orang tua. Namun ada baiknya untuk menyamakan persepsi dengan penulis yang berdomisili
di wilayah Yogyakarta, dan versi ini juga sudah umum dipahami di
masyarakat wilayah ini.
Sebutan
Kata Reog
=
Bagi
warga Yogyakarta ketika mendengar kata Reog maka yang terlintas adalah pertunjukan
reog wayang
Sebutan
kata Reog
Ponorogo =
Yang terlintas adalah pertunjukan kesenian dari wilayah Jawa timur
dimana dalam aksi pertunjukannya dengan singa barong dan waroknya
Sebutan
jathilan
=
Bagi
Masyarakat daerah Istimewa Yogyakarta yang terlintas adalah kesenian kuda lumping/jaran
kepang.
Namun
untuk di wilayah laen silahkan yang pasti dengan pengertian tersebut biar ada
kesamaan dengan yang kami tulis dan yang kami ambil dari pengalaman pribadi dan
berbagai sumber yang tidak dapat kami sebut satu-persatu.
Kata “reog” berasal dari kata rog (menggoyah), artinya sama juga dengan erog, herog, rog – rog asem(jawa). Yeg (jawa) atau riyeg (jawa) dari kata yod utawi reyod yang kesemuanya mengandung makna rusak, goyah, goncang, atau tidak tenang. Dari kata tersebut yang nantinya jadi kata reog atau reog yang dasarnya memiliki pengertian yang sama, (Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan, 1981: 63).
Arti kata Reog tidak ada terjemahannya, baik
dalam kamus bahasa Indonesia, Sansekerta, ataupun Jawa Kuno/Kawi, sehingga yang
dimaksud dengan Reog adalah kesenian rakyat yang berbentuk tarian dan diiringi
gamelan Jawa kemudian ditarikan beramai-ramai dan memiliki fungsi awal dari
kesenian ini sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap penguasa dan juga
hiburan bagi rakyat.
Secara umum mendengar kata Reog yang terbayang adalah reog
ponorogo, namun untuk di wilayah Yogyakarta khusunya Bantul yang dimaksud Reog
adalah Reog wayang, kecuali menyebut kata Reog lengkap menjadi Reog Ponorogo
baru pikiranya ke arah Reog Ponorogo. Hal yang membedakan keduanya adalah tema
cerita yang diangkat dalam pementasannya.
Reog Ponorogo biasanya menggambarkan cerita perjalanan Prabu
Klana Sewandana dari kraton Bantar Angin. Namun dalam pertunjukan Reog Wayang
cerita yang diangkat diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Para penaripun
tidak mengenakan kostum warok, tetapi menggunakan pakaian tari layaknya yang
biasa dikenakan dalam pementasan wayang orang. Sehingga yang nampak adalah
perpaduan antara kesenian reog dan sendratari mahabarata/Ramayana. Adanya unsur
cerita dari Mahabarata dan Ramayana nampak kuat melekat dari para tokoh yang
ditampilkan. Ini terlihat adanya tokoh Hanoman, Hanila, Anggada, Suteja,
Setyaki, Kumbakarna dan tokoh-tokoh lainnya. Dalam pementasan reog menggambarkan
dua pasukan yang saling berhadapan sebagai bentuk gambaran peperangan antara
kebajikan dan keangkaramurkaan. Dimana dua sisi tersebut selalu menghampiri
dalam setiap kehidupan manusia. Namun apabila seseorang selalu berpegang teguh
pada kebenaran dan kebajikan tentu akan mengalami kejayaan.
Perbedaan lainnya adalah pada reog ponorogo hanya diperankan
oleh beberapa orang dan mengedepankan atraksi atraksi sejenis sulapan seperti
makan beling bermain api dsb. Sedang utuk reog wayang lebih memperlihatkan seni
menarinya yang terkadang juga di bumbui oleh sedikit kemistisan dengan
kesurupannya para pemainnya.Seni tradisi Reog merupakan tradisi turun temurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar