Kesenian tradisional Reog wayang
orang di Yogyakarta ini telah hidup sejak beberapa puluhan tahun yang lalu. Reog
Wayang ini banyak di kenal dan sangat populer di daerah Bantul, Yogyakarta bagian selatan seperti kecamatan Srandakan, Sanden, Bambanglipuro,
Pandak dan beberapa daerah lainnya, namun di kabupaten Kulon Progo
kesenian ini juga mulai digemari. Dalam Reog Wayang biasanya dimainkan oleh
lebih dari 20 an penari, dimana setiap penari memerankan masing – masing tokoh
dalam cerita tersebut.
Penari
reog wayang terbagi menjadi 2 barisan memanjang ke belakang, dimana barisan
yang satu adalah tokoh tokoh baik (pandawa) dan barisan satunya adalah tokoh
jahat (kurawa). Urutan dari kedua barisan tersebut yang paling depan adalah
Lembatak tokoh Lembatak ini bukanlah tokoh dalam cerita pewayangan, namun tokoh
Lembatak merupakan kesatria berpedang yang berpakaian prajurit keraton. Urutan
dibelakangnya adalah penurung yang biasanya membawa bendera simbul dari
paguyuban reog tertentu, urutan dibelakangnya Alusan (tokoh kesatria),kemudian Kethek
(pasukan kera) dan Buto
(raksasa). Setiap kelompok tersebut memiliki gerakan yang berbeda – beda. Pada
penari Alusan, penari menari dengan gerakan yang halus dan lembut. Penari
Kethek menari dengan gerakan yang lincah dan atraktif. Dan untuk penari Buto menari
dengan gerakan yang kasar dan bringas. Selain itu juga terdapat tokoh lain
seperti Punokawan. Untuk.
Setiap tokoh yang di perankan dalam Reog Wayang ini memiliki ciri khas dalam
gerakannya.
Penampilan
Reog Wayang diawali dengan sembahan, yaitu penghormatan kepada leluhur, pemilik
hajat dan penonton. Kemudian dilanjutkan dengan menari berbaris. Dalam menari
berbaris ini setiap penari menari dengan gerakan yang berbeda – beda sesuai
dengan gerakan tokoh yang di perankannya. Pada akhir babak ini, dua barisan
tersebut terpisah menjadi dua kelompok dan saling berhadapan setiap kelompoknya
seperti akan memulai peperangan, kemudian dilanjutkan dengan perang individu.
Di
Setiap kelompok kesenian Reog Wayang biasanya memiliki kreasi dalam menampilkan
dan ciri khas tersendiri, terutama dalam gerakan maupun penambahan adegan dalam
perang. Dalam pertunjukannya penari menari dengan iringan instrumen musik
seperti bende, dodog, dan kepyek ada juga beberapa yang
berkreasi dengan drum serta beberapa perangkat gamelan (biasanya demong dan
saron serta kendang) dimana iringan musik gamelan ini di sesuaikan dengan
tarian yang dipertunjukan. Salah satu instrumen yang paling penting adalah dodog, dodog merupakan alat musik
seperti bedug namun ukurannya lebih kecil. Suara dodog ini yang menjadi acuan
para penari dalam mengambil gerakannya. Sehingga membuat gerakannya terlihat
padu dan dinamis namun ada juga beberapa kelompok yang memakai bende untuk
mengatur gerakannya.
Selain
dengan iringan musik, Reog Wayang juga di iringi dengan lantunan tembang jawa
yang berisi tentang cerita pewayangan dan nasehat yang ada didalamnya. Dalam
iringan ini biasanya dilakukan oleh dua orang yaitu Penthul dan Bejer dan
sekaligus menjadi dalang dalam mengambil cerita pementasannya. Pada saat babak
sembahan, pengiring ini membuka acara dengan salam pembuka dan penghormatan
kepada penonton, pemilik hajat dan leluhur. Pada saat menari baris, pengiring
ini menyayikan tembang yang berisi tentang cerita wayang yang diangkat dan
nasehat yang ada di dalamnya. Kemudian pada saat perang, salah satu pengiring
menyanyikan tembang dan satunya sebagai pengisi suara pada tokoh wayang yang
menari agar pertunjukan terlihat lebih hidup.
Kostum
yang di gunakan dalam reog ini hampir sama dengan kostum Wayang orang gaya Yogyakarta. Namun
untuk penataan kostum dibuat lebih sederhana agar lebih leluasa dalam bergerak.
Untuk beberapa tokoh seperti Buto dan Kethek biasanya di lengkapi dengan gelang kelinthing pada kakinya,
karena gerakannya yang lincah sehingga saat menari atau menghentakkan kaki akan
memberikan suara yang indah saat dipadukan dengan iringan musik lainnya. Selain
itu penari juga di lengkapi dengan properti senjata sesuai dengan tokoh masing
masing. Untuk tata rias hampir sama dengan wayang orang, namun menggunakan
bahan rias khusus agar tidak mudah luntur karena keringat.
Reog
Wayang ini awalnya hanya di tampilkan dari desa satu ke desa lainnya dan dari rumah
ke rumah (Mbarang-jawa). Namun seiring dengan perkembangan dan managemen pementasan, sebelum melakukan pementasan pemilik
rumah (penanggap) sudah memesan
dahulu sehingga dalam satu hari
pertunjukan biasanya kelompok Reog Wayang ini sudah memilik daftar tempat mana
saja yang harus di kunjungi dan perang apa saja yang akan di tampilkan. Namun
ada juga Reog Wayang ini yang hanya dipentaskan di satu tempat. Format
pementasan pun lebih lama dan perangnya pun lebih banyak biasanya pada
pementasan yang hanya di satu tempat ini sebagai hiburan/syukuran hajatan
tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar